Erika Siahaan meneteskan air mata saat pertama kali tiba di situs wisata tsunami kapal di atas rumah. Dia tak menyangka kapal nelayan sepanjang 25 meter dan seberat 20 ton bisa terdampar di atap rumah warga.
Gempa pagi 26 Desember 2004, diikuti gelombang tsunami setinggi 30 meter, meluluhlantakkan Banda Aceh.
Kapal nelayan yang sedang diperbaiki itu terseret sejauh 1 kilometer ke Desa Lampulo. Sebanyak 59 orang berhasil selamat di dalamnya.
Erika tidak merencanakan perjalanan ke Aceh. Awalnya, dia hendak kembali ke Pematang Siantar, Sumatera Utara, dari Jakarta untuk merayakan Natal.
Karena tiket habis, dia memilih transit di Aceh dan melanjutkan perjalanan dengan bus. Bersama tiga temannya, Erika mengunjungi sejumlah lokasi wisata tsunami.
Mereka melihat Museum Tsunami, PLTD Apung, dan monumen kapal di atas rumah. Erika akhirnya menyaksikan langsung bukti dahsyatnya tsunami yang selama ini hanya dia dengar.
Simak selengkapnya dalam berita berikut!
Video Jurnalis: Kontributor Aceh, Zuhri Noviandi
Penulis Naskah: Anggie Puspariana
Narator: Anggie Puspariana
Video Editor: Galang Wahyu Permata
Produser: Yusuf Reza Permadi
#20TahunTsunamiAceh #TsunamiAceh2004 #Aceh #JernihkanHarapan
Musik: Rain Fuse - French Fuse