Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Makna Simbol Warak Ngendog dalam Tradisi Dugderan Jelang Ramadhan

Tradisi Dugderan merupakan sebuah perayaan yang sudah tidak asing lagi bagi warga Semarang, yang diadakan setiap tahun menjelang bulan Ramadan. Dugderan menjadi tanda awal kegiatan Ramadan, dengan asal muasal nama diambil dari suara pukulan bedug dan dentuman meriam yang mengawali bulan puasa.

Dugderan, mempunyai sejarah yang menarik. Awalnya, Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat menghelat upacara dengan memukul bedug sebanyak 17 kali sebagai tanda awal bulan puasa, diikuti dengan dentuman meriam sebanyak 7 kali. Perpaduan antara bedug dan meriam inilah yang membuat tradisi ini dinamakan "Dugderan".

Tradisi Dugderan juga memiliki simbol makhluk mitos yang dikenal sebagai Warak Ngendog, yang mencerminkan percampuran budaya di Kota Semarang dengan ciri-ciri kepala naga, bulu burung, dan kaki kambing, merepresentasikan perpaduan budaya Tionghoa, Arab, dan Jawa.

Simak selengkapnya dalam video berikut!

Penulis: Muchamad Dani Yusuf

Video Jurnalis : Muchamad Dani Yusuf

Penulis Naskah: Muhammad Daffa Satrio

Narator: Muhammad Daffa Satrio

Video Editor: Angelia Elza

Produser: Sherly Puspita

#TradisiDugderan #ramadhan2024 #mudik2024 #lebaran 2024 #JernihkanHarapan

Music: Fiesta de la Vida - Aaron Kenny

Artikel terkait: https://regional.kompas.com/read/2024/03/07/080400578/sejarah-dugderan-wajah-keberagamaan-kota-semarang-untuk-menyambut-ramadhan?page=all#page2

Kembali ke video...
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com